Klepon adalah sebuah makanan tradisional yang terbuat dari beras ketan yang di bentuk seperti bola bola kecil dengan isi gula jawa kemudian direbus dalam air mendidih lalu disajikan dengan parutan kelapa.
Tapi ini bukan klepon yang seperti tersebut diatas. Ini tentang klepon raja tipu dimana anda tidak akan pernah tahu, apakah dalam setiap gigitannya anda akan menemukan gula yang manis ataukah kekosongan saja.
Klepon terbuat dari beras ketan yang sangat lengket, menunjukkan bahwa diantara klepon klepon kalau dicampur pastilah saling menempel, seperti kita selalu menempel juga dengan orang orang yang kita sayangi.
Klepon yang berwarna hijau, sebagai pertanda bahwa kita itu hidup, hijau. Belum kuning (sekarat) ataupun bahkan merah (mati). Hati ini haruslah tetap hijau agar bisa merasakan apa yang ada disekitar kita.
Klepon bentuknya bulat, bukan kotak apalagi lonjong, kecuali yang bikin pas lagi pusing itu lain soal. Hidup juga seperti bulatan bulatan klepon selalu berputar tidak tahu mana ujung mana akhir. Bulatan klepon juga gak bisa rata bunder ser…selalu saja ada yang tidak rata, begitupun hidup gak ada yang berjalan benar benar rata…pasti ada ketidaksempurnaannya.
Sebelum jadi klepon yang enak maka harus direbus dengan air mendidih. Kalau mau jadi pribadi yang tangguh juga harus direbus dulu. Direbus dalam kawah kehidupan. Di uji dengan segala macam cobaan. Maka jika bisa melaluinya dengan sabar, maka akan jadi klepon yang enak (loh???) maka bersabarlah.
Klepon seringkali disajikan dengan parutan kelapa, meskipun di beberapa kasus tidak. Akan tetapi normalnya klepon ya disajikan dengan parutan kelapa. Kelapa sebelum jadi pelengkap sajian klepon harus melalui berbagai fase. Pertama kulit kelapa atau sepet dan batok kelapa yang keras. Kedua lapisan tipis seperti kulit ari berwarna kecoklatan sampai kehitaman didalam batok kelapa. Ketiga, baru sampai pada buah kelapa. Tetapi buah ini masih utuh bulat. Maka butuh yang keempat, kelapa harus diparut.
Begitu pula tingkat kehidupan ini, pertama adalah sepet dan batok rumit, keras, susah. Itu seperti syariat, yang harus dijalankan. Kental suasana fiqh nya. Terikat oleh aturan – aturan, yang wajib dilaksanakan.
Kedua, lapisan tipis. Itu seperti tingkatan thariqat, perlu pembersihan dengan teliti, hati – hati dan sungguh – sungguh. Hati juga jika tak pernah dibersihkan akan kotor. Selalu berhati hati dalam menjalani hidup ini.
Ketiga, buah kelapa. Meskipun sudah bisa dimakan, tetapi belum mencapai fungsi yang sempurna. Itu seperti hakikat. Sudah sampai pada tujuan tetapi belum final.
Keempat, untuk menuju fungsi yang sebenarnya (makrifat), maka buah kelapa tadi harus diparut. Harus dihaluskan lagi. Barulah dia bisa dikatakan menuju fungsi yang sebenarnya.
Begitu juga kita manusia, untuk mencapai fungsi kita yang sebenar-benarnya tentulah tidak akan mudah, masih harus berjuang, direbus dan diparut. Tapi itulah kehidupan di dunia. Kita harus optimis bisa melaluinya. Soal hasil serahkan pada Yang Kuasa, yang penting kita sudah ikhtiar, mencoba. Entah nanti jadinya klepon yang manis atau buntung itu soal akhir.
Karena begitulah hidup, anda tak akan pernah benar benar tahu apa yang akan terjadi.
Terima kasih buat mami elwien, karena klepon buatan smpyn menginspirasiku. Entah benar entah tidak. Ini hanya tulisanku, ketika aku bangun tidur, komen – komen di pesbuk masalah klepon, jadi merenung tentang klepon.he he he
iki komenku iso masuk ta ?, kok gak langsung tampil ???
iso masuk mas…..wah lebih lanjut saya juga sedang belajar….
Mantep bgt filosofinya.keren,i like it……
Jero banget iki mas bas … maturnuwun wis paring inspirasi kanggo urip sing luwih apik 😀