Mungkin saya termasuk beruntung, sebagai warga kota Jombang, kami masih memiliki satu buah bioskop yang tersisa. Dimana dibanyak kota – kota yang lain bioskop – bioskop sudah pada tutup. Kini kebanyakan bioskop hanya berada di kota – kota besar yang memiliki jaringan bioskop besar macam 21, cineplex, ataupun blitz megaplex.
Dahulu kala, entah di tahun berapa saya sudah tidak ingat lagi, Jombang memiliki tiga buah bioskop. Yang pertama adalah Basuki, dimana tempat berdiri bioskop tersebut sudah berubah menjadi Mitra swayalan. Yang kedua adalah Ria, yang sekarang sudah berubah menjadi tempat sebuah dealer (kalau tidak salah) serta yang terakhir adalah Plaza Theater yang masih beroperasi sampai dengan sekarang.
Suatu saat di awal bulan Juli kemarin saya berkesempatan untuk menikmati film di Plaza theater. Sebenarnya keinginan untuk menonton film di bioskop yang diresmikan oleh Bapak Tarmin Hariadi (Bupati Jombang saat itu) pada tahun 1990 sudah ada sejak lama, namun saya menahan diri, karena film – film yang diputar masihlah seputar film – film horor dalam negeri yang kurang saya minati.
Hari itu saya datang agak kesorean dan jadwal pemutaran film pertama telah lewat, maklum di depan bioskop tempat memajang spanduk film yang diputar tidak terpampang jadwal pemutaran film. Tapi untunglah saya bertemu dengan penjaga parkir bioskop. Beliau mengatakan bahwa jadwal pemutaran bioskop di hari reguler adalah dua kali pemutaran, yaitu pada jam 15.00 dan jam 19.00. beruntung, saya masih bisa menonton pada pukul 19.00.
Tiba di Plaza pukul 18:45 saya langsung menuju loket pembelian tiket. Melihat kondisinya, saya sama sekali tidak khawatir akan kehabisan tiket. Maklum saja, disana hanya ada sekitar 3 pasangan muda mudi yang sedang menunggu waktu pemutaran film.
Di loket saya sempat khawatir, karena ketika mengobrol dengan penjaga loket, bapak itu berkata kalau penontonnya tidak mencapai 10 orang, maka film tidak akan diputar dan uang akan dikembalikan.
Lima menit menjelang pemutaran film, keadaan mulai ramai. Saya melihat dengan was – was tiap pengunjung yang mendatangi loket, 6 orang semuanya menuju loket 1, loket film Jenglot Pantai Selalatan, dan hanya ada satu pasangan yang menuju loket film Faster.
Tibalah ketika pintu teater dibuka. Tidak ada suara panggilan wanita yang merdu layaknya di bioskop – bioskop kota besar, hanya penunggu kios yang tadi menjual minuman yang mulai membuka pintu studio.
Di dalam studio saya bebas memilih tempat duduk dimanapun, karena memang tidak terdapat nomor kursi. Ada dua pasangan yang bersamaan denganku masuk, mereka langsung memilih tempat duduk di bagian paling atas pojok sebelah kiri dan kanan. Akupun memilih duduk di tengah. Film sudah langsung diputar, tepat pukul 19:00. Tidak ada cuplikan film yang akan datang yang diputar sambil menunggu penonton memasuki studio. Setengah jam berlalu, beberapa pasang penonton yang telat mulai memilih tempat duduknya masing – masing.
Suasananya lumayan enak. Dengan tempat duduk yang empuk, yang katanya kelas A, dan setara dengan bioskop di surabaya. Layarnya juga masih terlihat bagus dan bersih, kecuali dibagian kanan, ada beberapa guratan hitam. Namun secara umum kondisinya masih bagus. Lain halnya dengan sound systemnya, yang masih terdengar suara berisik dan kurang jernih. Bahkan di tengah pemutaran film, sempat hilang beberapa saat. Namun, suaranya masih cukup keras dan terdengar merata di dalam studio.
Saya merasa agak heran ketika mendapati beberapa adegan terkesan ‘loncat’. Awalnya saya berpikir, mungkin ada beberapa bagian yang disensor. Namun, ketika waktu menunjukkan pukul 20:15 film berakhir, saya baru sadar kalau durasi film sepertinya memang dikurangi.
Bagaimanapun juga, saya masih bisa berbangga diri, karena Jombang masihlah memiliki sebuah bioskop. Karena pemerintah daerah Jombang melarang Paza Theater untuk tutup, dengan alasan hanya bioskop itulah satu – satunya tempat hiburan masyarakat kota Jombang. Meskipun kondisi bangunan bioskop yang masih satu manajemen dengan Mitra Swalayan ini kurang begitu terawat.
Mengenaskan memang cak, saya terakhir lihat bioskop di Jombang pas Laskar Pelangi, itupun yahh banyak dipotong durasinya…
dulu sering loh ada pementasan teater, rame banget, ngalahin pementasan biskopnya malah… sekarang malah uda ndak ada,,, tauk kemana,,, denger2 pemiliknya biarlah rugi asal masih berdiri… tapi klo yg diputer horor bin pocong yo lalar gawe ndelok
wah, klo mpe ada pementasan teater saya malah baru denger dari mas alid, kayaknya ide bagus tuh, soalnya sewaktu jaman saya sekolah dulu di jombang banyak punya grup teater yang mumpuni, selain itu mungkin bisa dikembangkan sebagai gedung kesenian juga, sehingga seniman2 jombang bisa berproses disana.
waktu itu saya sempat mengobrol dengan penjaga gedungnya, memang gedung tersebut tidak boleh ditutup oleh pemda, karena merupakan satu satunya tempat hiburan yang tersisa di kota jombang…
info yang sangat bagus, apalgi untuk para pngusaha bioskop pasti merka sangat senang dengan informasi ini…
iya pak, semoga bioskop bioskop di tanah air semakin ramai dan industri perfilman nasional semakin maju.. 😀
infonya bagus apalagi kalau buat para pengusah bioskop bioskop indonesia pasti mereka seneng kalau baca…
he he semoga pak….
dan juga semoga industri perfilman Indonesia juga semakin maju dan sukses….
info yg menyenang kan ,.,
mengenaskan sekali plasa teate. lebih seperti bioskop angker. ngeri dah kalo nonton pas malem2 horor pula. kalo emang pemda melarang tutup, setidaknya diberi bantuan tuk perbaiki gedung n fasilitasnya. jaman sekarang emang sulit kalo g jdi mitra XXI cineplex dll utuk muter film terbaru. tapi setidaknya kualitas tempat n fasilitas diperbaiki supaya warga jombang bisa menjadikan bioskop sebagai hiburan. n kalo sudah rame barulah pasti investor2 masuk. sukur2 bisa kayak golden kediri or cineplex. hehe tapi setidaknya walo g berlabel XXI cineplex or MTIX. tetep bisa jadi hiburan yang berkualitas buat warga jombang. pengen banget. 😦
saya sendiri sebagai orang jombang waktu pulang kampung lebih sering berkunjung ke golden. kecuali pas males ke kediri baru saya nonton di plaz theater
Oiya pak, baru inget. Sebenarnya di dalam teaternya tempatnya agak gimanaaa gitu. Kursinya memang sudah usang namun masih bisa diduduki. Tapi tidak pernah dibersihkan pasca pemutaran film sebelumnya. Selain itu setelah agak lama menonton, hawa agak menghangat karena ruangan tertutup tapi tanpa AC.
sebenarnya bagus juga kalo fasilitasnya diperbaiki dengan bantuan pemda. Nyuruh tetep buka tapi kok gak bantuin operasionalnya.
Saya memang nggak menangi masa jayanya plaza 21 ini, tapi banggalah, Jombang ‘masih’ punya bioskop. Semoga tetap bertahan dan menyajikan film layak tonton ya… amin.
Jika aku anak si yg punya bioskop/yg punya/pembeli bioskop itu, akan kuubah jdi lebih ceria dan mempesona 😀
sekarang tepat itu tinggal kenangan terpampang sepanduk besar didepan ( DIJUAL ) sangat disayangkat bila dirawat dan setara dengan bioskop galeria XXI akan rame pengunjungannya meskipun harga tiket setara dengan harga galeria XXI
iya..kemarin pas lewat sana mau dijual.. sedih juga..banyak kenangan..he he he
tiket masuknya berapa bro ?
terakhir klo gak salah 7.500 gan
Wahhh,., udah tutup ya??? Saya baru tahu kalau 2012 masih beroperasi.. tau gitu saya pasti kesana.. salam kenal
Saya juga penggemar bioskop lawas. Kunjungi juga blog saya http://hamidanwar.blogspot.com di tab cinemas.
iya mas sudah tutup, memang sangat disayangkan, ada juga sih yang baru, tapi semacam mini bioskop sekarang yang ada di jombang. saya sih belum mencobanya..nanti kalau mudik bisa dicoba..he he he
di jombang memang tidak ada bioskop semacam xxi, 21, ??
Gak ada…..
Saya juga penggemar bioskop. 1 pertama itu BIOSKOP RESTU yang ada di dekat KLENTENG desa PULO LOR , BIOSKOP RIA yang ada di jalan ACH YANI dekat RINGIN CONTONG dan yang ketiga itu BIOSKOP BASUKI. itu bioskop 2 jaman dulu tahun 1970an
di dekat KEBON ROJO JOMBANG.Bioskop 2 itu sewaktu jaya pada saat mutar film INDIA, RHOMA IRAMA dan DONO KASINO lalu film SAUR SEPUH wah pada saat itu penontonnya betul2 membludak…sekarang mereka tersingkir olen kemajuan jaman dan technology mengenaskan………
Saat booming film saur sepuh saya waktu itu masih kecil, dibonceng bapak saya pakai sepeda onthel dari Perak mau nonton ke Basuki, tapi penuh.. He he