2. Terimalah Yang Telah Dia Berikan
Engkau ingin bertajrid, padahal Allah menjadikanmu pada golongan yang mencari penghidupan. Keinginan (bertajrid) merupakan keinginan hawa nafsu. Sebaliknya, kau ingin memenuhi kehidupan duniawi, padahal Allah telah menjadikanmu ke dalam golongan bertajrid. Keinginan mengejar duniawi merupakan kemunduran dari cita-cita yang luhur.
Allah swt. tidak hanya menciptakan kehidupan akhirat. Allah juga menciptakan kehidupan duniawi. Mengapa engkau membenamkan diri dalam ritual-ritual yang justru menghabiskan umurmu menjadi sia-sia, tak bermanfaat bagi sesama manusia. Engkau berkeinginan dekat kepada Allah, lalu duduk berlama-lama memutar biji tasbih, tepekur sampai tengkukmu menjadi kaku. Engkau memperbanyak amalan-amalan sunah, sampai-sampai yang wajib terlupakan.
Sikap seperti itu pertanda bahwa kau hanya mengejar kehidupan akhirat belaka. Engkau melupakan hak dan kewajibanmu sebagai makhluk dimuka bumi. Padahal Allah menjadikan manusia itu sebagai khalifah, sebagai pengatur dan penguasa dunia.
Engkau lupa bahwa dirimu punya hak dan kewajiban untuk beristri dan beranak, mencari nafkah dan bergaul dengan sesama. Jika engkau bersiap mementingkan diri sendiri karena memburu akhiratmu, maka engkau pun melupakan kewajibanmu terhadap sesama manusia, terhadap anak dan istrimu dan terhadap orang-orang disekitarmu.
Atau, justru sebaliknya, engkau tidak memikirkan akhirat sama sekali tetapi sibuk memburu kekayaan. Siang dan malam membanting tulang. Tak henti-hentinya mengumpulkan energi dan memeras keringat. Semua itu kau lakukan untuk mencapai kenikmatan duniawi. Ingatlah, Allah tidak hanya menciptakan dunia, tapi juga akhirat.
Jika dirimu tenggelam dalam lautan duniawi belaka, lalu mana persiapan untuk akhiratmu? Kenikmatan hidup didunia ini hanya sekejap. Bagaikan musafir yang singgah di bawah sebuah pohon untuk berteduh.
Sebagai orang yang bermata hati, hendaknya jangan mementingkan urusan akhirat saja. Karena keinginan itu merupakan keinginan hawa nafsu. Sebaliknya jangan pula mementingkan urusan duniawi. Itu pun merupakan keinginan hawa nafsu.
Orang-orang yang tajam penglihatannya, tentu dapat mengatur keseimbangan antara kepentingan akhirat dan kehidupan duniawi. Masing-masing mendapatkan porsi yang seimbang. Orang-orang ini sadar bahwa Allah telah menyediakan kenikmatan duniawi yang harus dicapai diraih dengan jerih payah. Allah juga menjanjikan akhirat yang harus diraih dengan jerih payah juga. Karenanya, dalam masalah ini yang terpenting adalah diperlukan sikap untuk berserah diri kepada Allah, bersikap menerima atas kehendakNya terhadap penghidupanmu.
good